Perang Laut – Maritime Warfare adalah game bergenre real time strategy buatan indie developer Indonesia, Sengkala Dev. Game ini merupakan game ketiga dari pengembang asal kota Tangerang tersebut setelah Surabaya Inferno dan Dato of Srivijaya.
Perang Laut – Maritime Warfare sama seperti dua game buatan Sengkala Dev sebelumnya yang mempunyai tema sejarah.
Namun berbeda dengan dua game lainnya yang mengambil tema sejarah suatu daerah tertentu, game ini sendiri mengambil setting waktu abad ke-15 sampai dengan abad ke-19. Latar tempatnya juga lebih luas yakni Kepulauan Nusantara.
Game ini rilis di Steam pada 27 Oktober 2021. Kemudian, pengembang terus melakukan pembaruan. Menurut pemberitahuan yang diberikan Sengkala Dev di laman Steam Perang Laut – Maritime Warfare, update sudah dilakukan sebanyak empat kali dengan versi terakhir adalah versi 1.25 pada tanggal 29 November 2021.
Selain di Steam, kamu juga bisa menemukannya di Candela Imagine, sebagai salah satu platform yang mewadahi kebutuhan game lokal agar eksistensi game Indonesia tetap terjaga.
Di Steam, game ini ditandai sebagai permainan strategy, simulation, real time strategy, 2D dan historical. Anda bisa memainkan Perang Laut – Maritime Warfare dengan membelinya di sana seharga Rp.83.000.
Walau game ini terbilang murah karena di bawah Rp.100.000, tetapi tentu saja bukan game murahan. Juga Anda tidak mau bukan menghabiskan uang untuk game yang belum tentu membuat Anda senang?
Maka dari itu, baca sampai habis artikel review game Perang Laut – Maritime Warfare ini sampai habis.
First Impression Game PC Perang Laut – Maritime Warfare
Perang Laut – Maritime Warfare tampaknya menawarkan pengalaman strategi real time yang menarik, dengan latar belakang sejarah yang unik yaitu Indonesia pada abad ke-15 hingga ke-18.
Game ini menampilkan diplomasi, influensi, dan perang sebagai cara untuk memperkuat kekuatan maritim Anda di tengah maraknya perdagangan rempah-rempah kala itu.
Jika Anda menyukai game strategi real time dan ingin mengeksplorasi setting sejarah yang tidak biasa, mungkin game ini akan menjadi pilihan yang menarik bagi Anda. Karena kesan pertamanya demikian baik dari menu awal pada saat game dibuka.
Game ini kemudian menimbulkan kesan pertama sebagai game khas buatan Sid Meier: Civilization. Seharusnya memang ada tambahan tag di Steam untuk Perang Laut – Maritime Warfare yakni 4X (EXplore, EXpand, EXploit and EXterminate).
Namun berbeda dengan Civilization yang merupakan game ber-genre Turn Based Strategy, Perang Laut – Maritime Warfare justru menggunakan waktu nyata.
Sesuatu yang menarik menurut penulis karena dengan demikian pengembang justru menantang pemain untuk secepatnya menjelajah peta, memperluas wilayah jajahan, memanfaatkan sumber daya alam serta mengalahkan musuh.
Penulis juga begitu terkesan dengan penggunaan font pada judul Perang Laut – Maritime Warfare yang menggunakan font ala huruf Jawa Kuna.
Ini sebuah langkah awal yang bagus karena dengan demikian pemain sudah langsung in to the game begitu menekan tombol “Play” di Steam, mungkin bisa dikatakan itu adalah click bait pertama dalam game ini.
Begitu kesan pertama penulis begitu membuka game Perang Laut – Maritime Warfare. Setelah bagian kesan pertama ini, penulis akan memberikan ulasan tentang gim Perang Laut – Maritime Warfare ditinjau dari lima aspek yakni: user interface, control, gameplay, graphics dan sound.
Review Game Perang Laut – Maritime Warfare
Aspek Interface Perang Laut – Maritime Warfare
Interface game ini di menu awal sederhana saja. Hanya ada enam menu yakni Tutorial, Kampanye Baru, Lanjut, Kredit, Keluar dan menu untuk mengubah bahasa. Ada dua bahasa yang bisa dipilih yaitu: Inggris dan Indonesia.
Masuk ke dalam game, tepatnya Tutorial karena penulis ingin mengetahui dulu bagaimana game ini dijalankan ternyata tampilan antar muka menjadi tidak sederhana. Namun, padahal ini masih di bagian Tutorial tapi sungguh membingungkan.
Bahkan untuk melihat panduan apa yang harus dikerjakan saja sungguh merepotkan. Font panduan menggunakan warna putih sehingga tidak bisa dilihat dengan jelas. Kita harus menggeser ke areal yang berwarna kontras sehingga tulisan panduan baru bisa dibaca, kalau tidak akan tertutup peta dan nama kota.
Penjelasan tutorial tidak lengkap hanya beberapa bagian saja. Kemudian, menu-menu di atas dan bawah juga tidak begitu jelas digunakan untuk apa saja.
Terus terang, sekali lagi ini sangat membingungkan. Pemain harus menerka-nerka terus menerus untuk meng-klik yang mana dan fungsinya apa.
Pengembang harus bekerja keras sepertinya untuk memperbaiki aspek interface ini. Beberapa saran penulis untuk pengembang perbaiki dalam update berikutnya.
Pertama, untuk tulisan panduan bisa diperbaiki agar di-blok hitam dengan tulisan putih saja panduannya sehingga pemain bisa membaca jelas.
Kedua, menu-menu dan icon-icon di atas maupn di bawah seharusnya ketika mouse mengarahkan ke menu dan icon tersebut muncul sedikit penjelasan. Terakhir, tutorial diperpanjang agar bisa menjelaskan semua menu dan fitur yang ada dalam game.
Kita berlanjut ke aspek control.
Aspek Control Perang Laut – Maritime Warfare
Kendali permainan utamanya menggunakan mouse. Keyboard digunakan untuk mempercepat melaksanakan perintah atau aksi.
Pada bagian Tutorial ini sudah dijelaskan juga bahkan paling awal. Ada beberapa hotkeys yang perlu pemain ketahui yaitu: Backspace, Space, Escape, Enter dan R.
- Backspace: digunakan untuk melihat keseluruhan peta.
- Space: fungsinya agar pemain bisa memberhentikan sebentar permainan (pause the game).
- Escape: ketika tombol ini ditekan maka, kita akan keluar dari permainan.
- Enter: melanjutkan aksi-aksi baik pada Tutorial maupun ketika pause.
- R: hotkeys ini berguna untuk mengakses menu sumber daya.
Pada aspek control tidak begitu ada masalah. Karena memang control kebanyakan dilakukan oleh mouse.
Hanya saja ada satu problem tapi masih bisa ditoleransi yakni kurang responsifnya game terhadap mouse click. Mungkin juga bisa diperbaiki kalau game ini akan di-update.
Aspek Gameplay Perang Laut – Maritime Warfare
Masuk ke review aspek gameplay, Perang Laut – Maritime Warfare punya kompleksitas strategi yang kompleks dan luas. Game ini sepertinya memang dirancang bukan untuk pemula, bukan juga untuk yang tidak gemar sejarah.
Seperti yang sudah penulis bilang di awal bahwa, tutorial hanya sedikit menjelaskan tujuan game dan bagaimana cara bermain game. Sehingga pemain harus terus mencoba klik sana dan klik sini untuk mengetahui berbagai fungsi yang ada di game.
Penulis mencoba mengeksplorasi bagaimana game ini dimainkan. Ya intinya memang seperti Sid Meier’s Civilization yang mengandalkan diplomasi dan eksplorasi. Jika diplomasi gagal maka, terpaksa harus ekspansi dan invasi.
Namun, karena real time strategy ditambah harus hapal sejarah plus geografi karena mana kota pelabuhan yang dikuasai kerajaan dan yang mana merupakan musuh kerajaan tidak bisa terlihat jelas. Hal ini juga diamini oleh salah satu dari dua reviewer di Steam.
Reviewer dengan username gebratene indomie tersebut mengatakan dia lupa sejarah Indonesia dan lupa tepatnya di mana Sriwijaya. Sehingga membuat dia kebingungan harus menyerang ke mana.
Penulis juga menemukan bug berupa hilangnya kapal ketika melakukan merge atau penggabungan kapal. Penulis awalnya menyangka itu hanya terjadi sekali tetapi ternyata selalu begitu.
Jujur, pada akhirnya penulis tidak bisa menyelesaikan campaign apapun pada game ini. Karena selalu kebingungan dan pada akhirnya diserang lawan.
Padahal penulis sudah menghabiskan waktu lebih kurang 25 jam untuk terus mencoba game ini selama 10 hari. Artinya dalam sehari penulis rata-rata menghabiskan waktu 2,5 jam untuk mencoba mencari tahu tujuan permainan ini.
Dengan demikian, ini pekerjaan besar juga buat pengembang memperbaiki gameplay agar pemain tertarik untuk memainkan game ini. Apalagi reviewer yang penulis sebutkan tadi yakni, gebratene indomie, juga tidak merekomendasikan game ini alias jempol ke bawah.
Aspek Graphics Perang Laut – Maritime Warfare
Untuk aspek graphics, penulis memang tidak berekspektasi berlebihan. Dilihat dari screenshot halaman Steam saja maka, sudah bisa diduga grafiknya biasa saja: gambar peta Indonesia statis dengan tulisan-tulisan.
Tidak ada animasi yang wah dan megah. Hanya ada animasi kapal bergerak saja menuju pelabuhan lain.
Sejujurnya di sini juga penulis agak kecewa seharusnya bisa dimasukkan saja cutscene jika kapal memasuki suatu pelabuhan. Misalnya menggunakan gambar di saat game loading yang justru menurut penulis bagus tapi, sayangnya itu hanya untuk menunggu loading saja.
Aspek Sound Perang Laut – Maritime Warfare
Aspek sound mungkin adalah aspek terbaik dari game ini. Memang efek suaranya biasa saja. Tetapi, musik latarnya ini yang juara.
Dari awal masuk ke game nuansa perang sudah terasa dengan alunan musik yang menghentak-hentak bersiap untuk bertempur.
Tabuhan drum yang biasa ada dalam pertandingan sepak bola agar para pemain bersemangat memasuki stadion dengan cerdas dimasukkan dalam salah satu musiknya.
Penulis kemudian mencari tahu siapa pengaransemen musik untuk game ini. Terdapat satu nama yakni: Raden Agung Fitriantoro.
Maka, dua jempol dan nilai 10 harus diberikan kepadanya yang berhasil memadu-padankan musik yang indah tetapi penuh semangat.
Saking senangnya dengan musiknya, penulis bahkan terus memutar musiknya melalui VLC Media Player. File musiknya berbentuk .ogg yang bisa ditemukan dalam folder install-an game Perang Laut – Maritime Warfare.
Akhir Kata
Perang Laut – Maritime Warfare memiliki tema yang bagus dan tujuan yang ambisius yakni, memperkenalkan sejarah maritim Indonesia. Akan tetapi perlu banyak perbaikan di sana-sini.
Game ini memang tidak memiliki grafik yang baik dan tidak memiliki fitur dasar seperti pengaturan musik/BGM dan VSync/mode jendela (windowed mode).
Selain itu, tutorial yang disajikan juga tidak membantu pemain untuk memahami game tersebut, bahkan menyebabkan pemain merasa kebingungan dan frustrasi.
Namun demikian tentu saja ada sisi baiknya yakni di bagian musik. Musik dalam game ini sangat menarik dan bisa digunakan untuk mengerjakan tugas atau menyelesaikan pekerjaan karena membuat semangat.
Ada kesempatan untuk perbaikan tentu saja. Apalagi game ini memiliki potensi yang besar sebenarnya dengan tema sejarah maritim Indonesia. Tidak banyak pengembang game yang mau mengambil tema ini.
Oh iya, minimal spesifikasi perangkat untuk memainkan game ini adalah:
-
- OS: Windows 7
- Processor: Intel Pentium Duel CPU E2140 1.60 GHZ
- Memory: 4 GB RAM
Sedangkan, penulis memainkannya dengan perangkat:
- OS: Windows 10
- Processor: Intel Core i5-4210M
- Memory: 8 GB RAM
Sehingga seharusnya tidak ada masalah untuk memainkannya. Pun ketika memainkannya juga lancar-lancar saja.
Penulis berharap sekali semoga untuk update selanjutnya kekurangan-kekurangan yang ada bisa diperbaiki. Demikian ulasan untuk Perang Laut – Maritime Warfare. Baca juga ulasan game lainnya di segmen Gamekarta.