Di tengah maraknya tren budaya kopi-kopian, Toge Productions selaku pengembang lokal merilis game interactive visual novel berjudul Coffee Talk di awal tahun 2020.
Gim ini mendapatkan sambutan positif dari para gamer, bahkan memenangkan sejumlah penghargaan bergengsi seperti Best Storytelling (SEA Awards 2018), Indie Game of The Year (Gamebyte) dan sebagainya.
3 tahun usai perilisan, Toge Productions akhirnya merilis Coffee Talk Episode 2: Hibiscus & Butterfly pada 20 April 2023.
Sesuai judulnya, game ini merupakan kelanjutan dari kisah barista dan beragam pelanggan dengan ceritanya dan permasalahannya tersendiri. Game ini tersedia di PS4, PS5, Xbox One, Xbox Series S/X, Nintendo Switch, dan PC via Steam dan GOG.
Lalu, apa saja hal baru dan menarik dalam sekuelnya? Bagi kamu yang penasaran, yuk simak artikel kali ini yang bakal review Coffee Talk Episode 2: Hibiscus & Butterfly secara mendalam dan detail.
First Impression Coffee Talk Episode 2
Statusnya sebagai sekuel sudah memastikan adanya berbagai hal dari game sebelumnya yang akan muncul kembali, dan itu bukanlah hal yang mengejutkan.
Sekali lagi, game ini berlatar di kota Seattle tahun 2023 dimana semua ras, makhluk dan spesies telah hidup berbarengan dengan manusia. Kamu akan kembali berperan sebagai seorang barista yang mengelola sebuah kafe bernama “Coffee Talk”.
Di kala hujan deras yang melanda kota selama berhari-hari, ada wajah-wajah familiar yang akan langsung kamu temui di awal game, seperti Opsir Jorji yang tengah menunggu hujan untuk reda.
Lalu, kita langsung dipertemukan dengan salah satu karakter baru dalam Episode 2 ini, yaitu Lucas.
Ia adalah sosok yang penuh semangat dan punya rasa ingin menolong yang besar terhadap orang lain, meskipun terkadang ia sering berbicara sebelum berpikir terlebih dahulu.
Impresi awal yang diberikan oleh Coffee Talk Episode 2: Hibiscus & Butterfly sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Episode pertama, namun bukan berarti sama sekali tak ada perubahan.
Salah satu contohnya adalah mesin kopi barista yang terlihat lebih bagus ketimbang mesin sebelumnya, sebuah detail kecil yang ditaruh oleh tim Toge Productions dan patut diapresiasi.
Selain itu, ada juga referensi kejadian atau kasus di dunia nyata yang disindir dalam game ini dalam format kabar berita berupa koran yang kita dapatkan setiap memulai hari baru.
Beberapa yang menarik perhatian penulis adalah mengenai pemerintah menyarankan masyarakat merubah merubah OTP (One Time Password) guna menghindari kebocoran data, atau keresahan terhadap AI (Artificial Intelligence) yang dapat meningkatkan angka perselingkuhan.
Game seperti Coffee Talk Episode 2: Hibiscus & Butterfly memang tidak memerlukan spesifikasi PC yang tinggi untuk memainkannya.
Berikut adalah System Requirements untuk memainkan game-nya.
Mininum:
- OS: Windows 7 SP1+
- Processor: 2.4 GHz or faster processor
- Memory: 2 GB RAM
- Graphics: 512 MB display memory
- DirectX: Version 9.0c
- Storage: 550 MB available space
- Sound Card: Stereo
Setelah membahas impresi awal, selanjutnya kita akan mengulas beberapa aspek lain dari game Coffee Talk Episode 2: Hibiscus & Butterfly.
Review Coffee Talk Episode 2: Hibiscus & Butterfly
Aspek Interface Coffee Talk Episode 2: Hibiscus & Butterfly
Untuk game yang dapat berjalan di komputer berspesifikasi rendah, game ini juga mempunyai antarmuka (interface) yang sangat sederhana, sehingga pemain tidak kesusahan untuk mengakses menu ataupun mengganti pengaturan.
Ada 8 bahasa yang bisa dipilih, yaitu: Inggris, Jepang, Cina Sederhana, Cina Tradisional, Korea, Belanda, Perancis dan Spanyol. Dikarenakan latar tempat yang berada di Seattle, Amerika Serikat, penulis sangat menyarankan untuk menggunakan Bahasa Inggris.
Sebagai panduan awal, kalian akan diberi resep untuk menu-menu minuman sederhana yang dapat kalian akses lewat ikon Ponsel lalu ke aplikasi bernama “Brewpad”.
Berbicara soal ponsel, ada juga aplikasi bernama “Tomodachill” yang merupakan Instagram versi universe game Coffee Talk. Kalian dapat melihat aktivitas pelanggan-pelanggan yang pernah mengunjungi kafe kalian di aplikasi tersebut.
Kalian juga dapat mengubah beberapa pengaturan text, seperti kecepatan teks melaju (text speed), Dialog tetap berjalan tanpa mengganti tombol (auto dialogue), atau melewati seluruh dialog karakter (skip dialogue).
Namun pastinya, kalian tidak ingin kelewatan informasi menarik dari para karakter dalam game-nya, bukan?
Aspek Control Coffee Talk Episode 2: Hibiscus & Butterfly
Sejatinya, kendali permainan di game ini tidak terlalu rumit untuk dipahami. Jika kalian memainkan game ini dengan keyboard & mouse, maka mayoritas kendali yang akan kalian habiskan dengan mengklik menu atau interface.
Dikarenakan Coffee Talk Episode 2: Hibiscus & Butterfly mendukung penggunaan controller secara penuh, penulis memutuskan untuk memainkan keseluruhan game-nya dengan gamepad. Perlu dicatat: bermain menggunakan mouse ataupun gamepad bergantung pada kenyamanan pemain.
Aspek Gameplay Coffee Talk Episode 2: Hibiscus & Butterfly
Salah satu hal yang penulis sukai dari game maupun Episode pertamanya adalah tim pengembang yang membiarkan kalian menggunakan imajinasi untuk mengkreasikan jenis minuman yang dipesan oleh pelanggan.
“Eksperimen” adalah kunci dari keseluruhan gameplay Coffee Talk. Tatkala karakter pelanggan memesan minuman dengan deskripsi yang ambigu, kalian harus mencerna informasi tersebut dan membuat minuman yang sebisa mungkin persis.
Namun, kalian juga harus berhati-hati memasukkan urutan bahan minuman atau racikan kopi, karena itu dapat mengakibatkan salah satu dari level kehangatan, kedinginan, kemaninan, atau kepahitan untuk berubah.
Jika ragu, kalian dapat melihat referensi kopi dan minuman yang ingin kalian buat lewat Google dan melihat bahan-bahan apa saja yang diperlukan dan menyesuaikannya dengan bahan yang kalian punya di dalam.
Ya, kalian akan melewati berbagai kegagalan, tak jarang pelanggan kecewa bahkan mengembalikan minuman yang telah kalian buat selama berpuluh-puluh menit lamanya.
Akan tetapi setidaknya mayoritas cerita dalam game ini tidak akan berpengaruh pada garis besar ceritanya, setidaknya hingga mendekati paruh akhir dimana minuman yang kita berikan bisa mempengaruhi situasi antar karakter.
Selain membuat minuman, Toge Productions menambahkan fitur gameplay terbaru bernama “Give Item”.
Sesuai namanya, kalian akan memberikan barang kepada karakter tertentu entah itu tertinggal, titipan, atau alasan yang lain. Ada dialog unik yang muncul saat kita memberikan barang tersebut, dan bisa saja berpengaruh ke garis besar cerita nya.
Aspek Story Coffee Talk Episode 2: Hibiscus & Butterfly
Jika kalian pernah memainkan Coffee Talk Episode 1 dan menyukainya, maka kalian pasti akan mendapatkan perasaan yang sama terhadap Coffee Talk Episode 2: Hibiscus & Butterfly.
Di Episode 2 ini, tim Toge Productions ingin menelusuri sesuatu yang baru dan menarik, dan tampaknya “media sosial” adalah tema yang ingin mereka ungkit karena mengingat situasi dunia saat ini yang sangat bergantung pada sosial media, baik untuk pekerjaan maupun lifestyle.
Salah satu contohnya adalah karakter Lucas, seorang influencer yang mengungkap bahwa dirinya tengah hiatus karena jumlah penonton yang sedang menurun.
Tatkala ia menceritakan tentang pekerjaan dan hobinya, ada seorang pelanggan baru bernama Riona yang menanyakan “memangnya kamu percaya kalau penonton itu selalu benar ya?”
Bagi Riona, opini netizen di media sosial adalah hal yang menyebalkan dikarenakan pengalaman pribadi yang sangat tidak mengenakkan dan meninggalkan trauma mendalam. Ia harus membuang mimpinya dan hidup menjadi orang biasa tanpa harapan apapun.
Di sinilah letak interaksi antar karakter bersinar, mulai dari percakapan hingga perdebatan terjadi.
Kalian akan melihat berbagai chemistry atau hubungan unik yang tidak pernah terbayangkan di sepanjang game namun sangat emosional.
Itu merupakan salah satu nilai positif dari Coffee Talk Episode 2: Hibiscus & Butterfly menurut penulis sendiri. Meskipun sayang saja tidak ada pilihan dialog karena cerita yang sudah dirancang linear, sama seperti Episode pertamanya.
Aspek Sound Coffee Talk Episode 2: Hibiscus & Butterfly
Keseluruhan soundtrack (OST) dalam Coffee Talk Episode 1 & Episode 2: Hibiscus & Butterfly dibuat oleh Andrew Jeremy dengan alunan lo-fi dan jazz yang menenangkan serta mengingatkan suasana duduk di kafe kala sore atau malam hari.
Penulis sendiri cukup menyukai lantunan lagu yang melengkapi latar belakang saat sedang membuat minuman sehingga tetap tenang.
Jika penasaran dengan total 26 lagu gubahan Andrew Jeremy dalam game ini, kalian dapat melihatnya lewat ikon ponsel di sudut kiri bawah lalu klik aplikasi bernama “Shuffld“. Kalian juga dapat mengubah lagu sesuai keinginan hati lewat aplikasi tersebut.
Kesimpulan Review Coffee Talk Episode 2
Pertanyaannya adalah: “apakah Coffee Talk Episode 2: Hibiscus & Butterfly adalah sekuel yang memuaskan?”. Jawaban dari penulis adalah “YES!”.
Seperti yang penulis sebut di atas, jika kalian menyukai Episode 1 dari game produksi Toge Productions ini, maka kalian sudah pasti bakal menyukai Episode 2.
Dan bagaimana jika kalian sama sekali belum memainkannya? Kalian tetap harus wajib memainkan Coffee Talk jika menyukai genre interactive visual novel.
Namun, tak cuma itu. Coffee Talk juga bisa menjadi “teman” anda dalam lelahnya beraktifitas.
Ia punya banyak karakter yang mungkin bisa kalian sukai atau merasa “relatable“. Pada dasarnya perbedaan ras dan warna kulit yang kita miliki tidak semata-mata membuat kita terlepas dari beban hidup yang sama besarnya.
Itulah pesan yang dapat dipetik dari kedua game Coffee Talk karya Toge Productions.
Coffee Talk Episode 2: Hibiscus & Butterfly adalah game yang kembali menunjukkan potensinya sebagai salah satu game Indonesia terbaik saat ini, dengan cerita yang menarik dan penuh akan karakter-karakter unik di sepanjang game.