Proyek game Indie atau budget kecil selalu menarik perhatian banyak gamer di masa sekarang. Hal tersebut dikarenakan banyaknya variasi game AAA atau budget tinggi yang dirasa repetitif dan penuh klise.
Salah satu game Indie yang menggemparkan banyak orang adalah “Subnautica”. Game buatan developer Unknown World Entertainment ini pertama rilis sebagai program Early Access pada Desember 2014 lalu dan langsung mendapatkan banyak peminat dari gamer. Versi penuh dari game ini dirilis pada 23 Januari 2018.
Salah satu aspek yang membuat game ini populer adalah latar laut biru yang bisa kalian jelajahi hingga ke dasarnya. Namun tak hanya itu saja, sebab banyak kejutan yang akan kalian telusuri seiring bermain game yang tergolong cukup sederhana ini.
Tentunya game ini langsung mengingatkan banyak gamer terhadap Minecraft karya Mojang Studios yang rilis pada tahun 2011. Terlebih dengan adanya aspek bertahan hidup yang juga dimiliki oleh Subnautica.
Nah, bagi kalian yang penasaran dengan seri pembahasan alur cerita game, kali ini kita akan menyelami lebih dalam mengenai cerita gim Subnautica, yuk simak ulasannya di bawah ini!
Alur Cerita Game Subnautica
Asal usul dunia dan makhluk dalam game Subnautica
Dunia tempat sang protagonis, Riley terdampar adalah planet alien yang sangat asing dan pernah ditempati spesies lain disamping makhluk laut dan dasarnya.
Alien yang dimaksud adalah “Precursors”. Maka dari itu, kita akan membahas spesies alien ini terlebih dahulu untuk lebih mengerti keseluruhan alur cerita game Subnautica.
Precursors merupakan ras alien antariksa dengan teknologi tinggi yang hidup di luar angkasa beribu-ribu tahun yang lalu.
Beberapa teknologi yang telah diciptakan oleh Precursors adalah alat teleportasi, senjata yang mampu menjatuhkan pesawat ruang angkasa, dan sebagainya.
Sepanjang alur cerita game Subnautica, kita tak pernah melihat wujud fisik dari ras alien tersebut, namun kepintaran mereka dalam membuat berbagai teknologi canggih sudah cukup membuat kalian takut.
Sayangnya sekitar 1000 tahun yang lalu, ras alien tersebut terjangkit bakteri Kharaa yang menewaskan sebagian besar ras Precursors.
Demi menghindari kepunahan, Precursors meninggalkan planet tersebut dan menetap di planet samudra 4546B. Di planet itu, para Precursors segera melakukan penelitian untuk mengembangkan vaksin dari bakteri Kharaa.
Pencarian vaksin dari bakteri Kharaa
Dalam penelitiannya, Precursors mendapati spesies monster laut bernama “Sea Emperor Leviathan” yang diyakini memiliki kekebalan terhadap bakteri Kharaa.
Ini dikarenakan Emperor Leviathan mampu memproduksi enzim 42 di dalam tubuhnya secara efektif. Selain itu, mereka juga memiliki kemampuan telepati terhadap satu sama lain.
Para Precursors pun mendirikan Primary Containment Facility dan mengurung salah satu Emperor Leviathan.
Sayangnya, Leviathan betina yang mereka tangkap sudah terlalu tua, sehingga enzim 42 yang diproduksi tak cukup kuat untuk melawan bakteri Kharaa dan hanya menghilangkan efeknya selama beberapa waktu saja.
Tak kehilangan akal, Precursors memaksakan 7 telur yang telah mereka curi untuk menetas sebelum waktunya demi dapat mengekstrak enzim dari kedua bayi Emperor Leviathan. Lalu kelima sisa telurnya disimpan dalam inkubator.
Leviathan betina tersebut berusaha memperingatkan Precusors bahwa usaha mereka akan berakhir sia-sia, namun sayangnya peringatan tersebut diabaikan dan berakhir pada bayi Leviathan yang mati dalam bentuk embrio.
Para Precursors yang tak habis akal kembali mencuri dari spesies serupa, yaitu “Sea Dragon Leviathan” untuk melanjutkan penelitian.
Berbeda dengan Emperor Leviathan yang mengarah pada perdamaian, Dragon Leviathan merupakan makhluk buas yang seketika menyerang fasilitas penelitian milik Precursors agar anak mereka tak diambil.
Dikarenakan hancurnya fasilitas penelitian, bakteri Kharaa menyebar ke lautan luas dan mengkontaminasi seluruh makhluk hidup di planet 4546B.
Kepunahan planet 4546B
Para Precursors segera meninggalkan area fasilitas dan mengaktifkan sistem “Quarantine Enforcement Platform”, menara bersenjata yang didesain khusus untuk secara otomatis menembak jatuh pesawat ruang angkasa yang masuk atau keluar planet 4546B. Tujuannya adalah untuk mencegah penyebaran bakteri Kharaa agar tidak menyebar lebih luas.
Precursors yang tersisa mengungsi ke sebuah tempat perlindungan, dimana tubuh mereka dibuang dan pikiran mereka disimpan dalam sebuah tempat perlindungan data. Sejak saat itu, ras alien tersebut mengalami kepunahan.
Akibat penyebaran bakteri Kharaa, sebagian besar spesies mengalami kematian dalam jumlah yang banyak.
Salah satunya adalah Sea Emperor Leviathan yang punah sepenuhnya, kecuali Leviathan betina yang masih terkurung dalam fasilitas milik Precursors. Selain itu, kelima telur milik Leviathan tersebut juga masih terkurung dalam inkubator.
Leviathan betina yang menyadari kehancuran planet 4546B memperingatkan ikan-ikan kecil bernama Peeper untuk berenang dan membawa enzim 42 ke seluruh planet melalui ventilasi.
Meskipun tak bisa membunuh bakteri Kharaa, namun setidaknya beberapa spesies mampu untuk berevolusi dan beradaptasi dalam ekosistem baru tersebut.
Seribu tahun setelahnya, planet 4546B menjadi terbengkalai dan terabaikan karena tak adanya eksistensi di permukaan.
Duo Torgal & Marguerit Maida
Alur cerita game Subnautica selanjutnya berlanjut pada Beratus-ratus tahun kemudian, di akhir abad ke-22, umat manusia telah berhasil menguasai ruang angkasa dengan sebuah alat transportasi bernama “Phasegate”.
Namun sebuah pesawat ruang angkasa kecil dari Mongolia bernama “Degasi” tertembak oleh Quarantine Enforcement Platform akibat terlalu dekat menjelajahi planetnya.
Diantara kru-kru yang tewas, ada 3 kru yang berhasil selamat yaitu Paul Torgal selaku kapten pesawat Degasi, Bart Torgal anaknya yang memiliki pengetahuan luas soal teknologi, pertanian, dan kemampuan kognitif yang cukup baik, dan Marguerit Maida, mantan angkatan pertahanan Mongolia.
Paul & Bart menjalankan tugas yang berbeda untuk bertahan hidup, namun terjadi perselisihan antara Paul dan Marguerit perihal wilayah yang aman untuk bertahan hidup.
Paul tetap berada diatas daratan, sedangkan Marguerit ingin menyelam lautan lebih dalam dan membangun markas. Pada akhirnya, mereka memilih untuk mengikuti pilihan Marguerit.
Sialnya ketiga kru tersebut baru menyadari bahwa mereka terjangkit bakteri Kharaa.
Marguerit ditugaskan untuk mengambil spesimen makhluk laut yang dapat diteliti untuk membuat vaksin.
Marguerit membawa “Reaper Leviathan” yang tanpa diketahui ternyata ia diikuti oleh Leviathan lain menuju markas dan menyerang mereka bertiga.
Paul yang panik pun melarikan diri ke daratan mengikuti cahaya namun diyakini tewas karena kehabisan oksigen. Bart yang sudah sekarat akibat bakteri berusaha berenang ke daratan dan tewas.
Sementara itu, nasib dari Marguerit Maida tidak pernah diketahui, namun kesaksian Paul mengindikasikan Marguerit sedang memegang leher Reaper Leviathan.
Riley Robinson
Alur cerita game Subnautica membawa kita kepada protagonis utama dari game ini, yaitu Riley Robinson.
10 tahun kemudian, perusahaan besar bernama “Alterra” menempatkan 157 orang dalam pesawat ruang angkasa “Aurora” untuk membuat Phasegate di luar angkasa dekat atmosfer planet 4546B.
Namun, mereka juga diberikan misi rahasia untuk mencari kru pesawat ruang angkasa Degasi yang menghilang 10 tahun silam.
Saat tengah memasuki planet 4546B, pesawat Aurora tertembak Quarantine Enforcement Platform yang memaksa para kru pesawat tersebut melakukan evakuasi.
Namun dari 44 orang yang menggunakan lifepod, hanya 10 orang aja yang berhasil mendarat ke permukaan planet 4546B.
Setiap lifepod mendarat di lokasi yang berbeda, dan sialnya lagi 9 dari 10 kru tidak berhasil bertahan hidup di planet tersebut.
Riley Robinson, seorang insinyur dari lifepod nomor 5 menjadi satu-satunya yang selamat di planet 4546B.
Dengan berbekal PDA (Personal Digital Assistant), sebuah perangkat multifungsi yang membantunya untuk bertahan hidup, Riley pun menjelajahi lautan mengumpulkan material dan bertemu dengan beberapa ekosistem laut.
Selain itu, Riley juga mengetahui perihal masa lalu planet, Precursors, dan penelitian mereka untuk membasmi bakteri Kharaa.
Seminggu setelah terdampar, Riley tiba-tiba dihubungi oleh salah satu pesawat ruang angkasa bernama Sunbeam yang berjanji akan memberikan bantuan.
Sayangnya, pesawat Sunbeam tertembak Quarantine Enforcement Platform saat memasuki planet 4546B.
Kejadian tersebut mengakibatkan seluruh kru Sunbeam tewas. Kondisi itu membuat Riley harus menonaktifkan Quarantine Enforcement Platform.
Namun di waktu yang bersamaan, Riley baru menyadari bahwa ia telah terinfeksi bakteri Kharaa, sehingga Quarantine Enforcement Platform tak dapat memberikannya akses untuk menonaktifkannya.
Tatkala mengelilingi fasilitas, Riley mendapati Emperor Leviathan betina yang masih terkurung dan hidup.
Leviathan betina itu pun melakukan komunikasi menggunakan telepati terhadap Riley untuk menyuruhnya ke Primary Containment Facility dan bertemu dengannya.
Menyadari bahwa ia memiliki misi yang sama dengan Leviathan betina itu, Riley ditugaskan untuk mencari kelima telur Leviathan yang dicuri oleh Precursors beserta tanaman langka yang dapat digunakan untuk menetaskan kelima telur tersebut.
Setelah berhasil menetaskan kelima telur Leviathan, Riley membawanya ke hadapan sang induk sebelum kemudian terlepaslah enzim 42 di lautan planet 4546B.
Berkat itu, Riley pun akhirnya sembuh dari infeksi bakteri Kharaa, begitu juga dengan ekosistem planet yang secara perlahan dengan enzim 42.
Riley langsung menuju mesin Quarantine Enforcement Platform agar dapat meninggalkan planet 4546B menggunakan roket yang diciptakan dari rancangan blueprint sisa reruntuhan Aurora.
Sebelum pergi, ia mengucapkan perpisahan untuk makhluk-makhluk laut kecil di planet tersebut. Dalam perjalanan keluar planet, Emperor Leviathan betina mengucapkan selamat tinggal dan mati dikarenakan usianya yang terlalu tua.
Pada akhirnya, Riley berhasil pulang markas Alterra dengan selamat. Sayangnya, ia diberitahu bahwa ia terkena denda sebanyak 1 triliun credits karena menggunakan banyak sumber daya alam dari planet 4546B, yang merupakan salah satu dari aset milik Alterra. Alur cerita game Subnautica pun berakhir.
Nasib protagonis yang tak dijelaskan
Alur cerita game Subnautica pertama berakhir cukup pahit dengan fakta sang protagonis harus melunasi hutang yang sangat besar.
Sayangnya, eksistensi Riley Robinson tak pernah disebutkan dalam sekuel game-nya, Subnautica Below Zero yang rilis pada 2021.
Beberapa fans menganggap bahwa Riley telah diangkat menjadi Dewan karena telah memiliki wawasan luas tentang teknologi Precursors, atau bahkan mati karena tak bisa melunasi hutang miliknya. Tak ada satupun rumor yang terbukti benar hingga saat ini.
Kesimpulan
Subnautica merupakan game yang cocok bagi kalian yang menyukai ekosistem laut beserta isinya. Ditambah lagi grafik game satu ini yang dijamin bakal membuat mata kalian terpesona karena keindahannya.
Untuk itu, kita sebagai manusia harus menjaga ekosistem laut agar tetap terjaga dan tidak dikotori oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab.